Tuesday, October 27, 2009

Follow Your Dream

Italia, sebuah negara maju di eropa ternyata memiliki cerita unik mengenai kulturnya. Italia, berdasarkan philosophy hidupnya, terbagi menjadi 2, Italia Utara (kota2 industri seperti Milan, Turin, dan Roma) dan Italia Selatan (kota2 "sedikit terbelakang" seperti Napoli, Salernitana). Seorang pengusaha dari Milan datang berlibur ke Napoli dan duduk2 bersantai di cafe sambil ngobrol dengan pengunjung disana. Ternyata salah seorang pengunjung itu adalah sopir taksi di kota Napoli. Pengusaha itu heran melihat sopir taksi itu duduk bersantai sambil menyeruput cappuccino di waktu jam kerja. Maka bertanyalah dia ke sopir itu, "Kenapa kamu tidak bekerja? Kalau sekarang kamu giat bekerja nanti tua kamu bisa bersantai-santai menikmati hasil kerjamu." Si sopir itu menjawab dengan entengnya, "Justru saya yang mau bertanya, kalau cuman mau bersantai-santai kenapa harus kerja keras dulu? Lihat, saya tidak perlu kerja keras tapi sudah bisa santai-santai kok."

Cerita di atas jangan diartikan terlalu serius, apalagi diperdebatkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Pesan dari cerita tersebut sebenarnya adalah bahwa setiap orang memiliki nilai-nilai yang berbeda dalam mengisi kehidupan. Ada yang merasa bahwa hidup harus diisi dengan kerja keras supaya nanti bisa dinikmati kehidupan yang lebih baik. Ada yang merasa bahwa hidup ini baru bisa dinikmati bila kita memang menyediakan waktu untuk menikmatinya dan bukan melulu bekerja.

Kita yang sudah terbiasa hidup di kota memang cenderung mengkotak-kan bahwa hidup harus diisi dengan kerja keras untuk mendapatkan karier yang lebih baik, materi yang lebih banyak, pengaruh yang lebih luas dsb dsb. Sekali lagi artikel ini tidak ditulis untuk memperdebatkan kebenarannya. Artikel ini ditulis untuk menguatkan (meng-encourage) agar pembaca diajak berani untuk memiliki definisi sukses yang berbeda.

Sukses adalah berhasil meraih apa yang menjadi impian kita. Pada waktu kita masih kecil atau muda dengan segala idealismenya, di saat itulah kita diberi anugerah untuk melihat atau mengerti tujuan hidup kita, passion kita. Karena di saat-saat itulah kita masih "murni." Semakin dengan bertambahnya umur, semakin banyak tekanan-tekanan dari luar yang mendikte kita, memaksa untuk merevisi impian kita. Apa itu jadi pilot, mau diberi makan apa keluargamu nanti? Apa itu jadi pemain bola? Apa itu studi jurusan matematika? Memangnya mau jadi guru les bisa hidup ya? Yah itulah biasanya sekelumit sinisme yang keluar dari orang-orang di sekitar kita ketika mimpi itu diutarakan.

Ada juga tipe orang yang takut mengejar mimpinya karena dihantui rasa ketakutan. Takut gagal, takut setelah impiannya tercapai dia tidak lagi ada gairah hidup, takut jika ternyata impiannya tidak seindah yang dia harapkan dan rasa minder yang menyakinkan bahwa mimpinya terlalu besar untuk orang kecil seperti dia. Orang tipe ini menghadapi tekanan dari dalam dirinya sendiri. Dia akan selalu mati-matian menahan darah yang bergejolak setiap dia teringat akan mimpinya. Sampai pada akhirnya suara hatinya dibekukan dan menerima kenyataan hidup.

Suatu cuplikan kisah yang menarik karangan Paulo Coelho, " The Alchemist," dimana tokoh utamanya adalah Santiago, pemuda dari Spanyol seorang gembala domba yang memiliki impian untuk pergi ke piramid Mesir untuk menemukan harta karun disana. Dia akhirnya memutuskan untuk menjual semua dombanya untuk biaya pergi ke Afrika. Maka pergilah dia ke Afrika tapi perjalanan masih jauh dari Mesir. Di tengah perjalanan dia ditipu sehingga semua hartanya ludes. Singkat kata dia bertemu dengan pedagang kristal di sebuah bukit dan dia bekerja disana untuk mengumpulkan uang. Ternyata kedatangan Santiago membawa berkah bagi usaha kristal tersebut, keuletan dan kecerdasan Santiago untuk membaca peluang bisnis menjadikan bisnis tersebut untung besar. Dalam tempo setahun Santiago berhasil mengumpulkan uang yang sangat banyak dan disinilah hatinya mulai bimbang untuk memilih meneruskan mimpinya atau pulang kembali ke Spanyol menggunakan uang tersebut untuk membeli domba (jumlahnya 2 kali lipat dari sebelumnya) dan juga membuka afiliasi dagang dengan penjual kristal tersebut di Spanyol nanti. Maka dia meminta pertimbangan dari penjual kristal tersebut. Ternyata penjual kristal tersebut bercerita bahwa dia juga memiliki mimpi untuk suatu saat nanti, sebagai seorang Muslim yang taat, untuk naik haji ke Mekah. Demi mengumpulkan dana untuk perjalanan tersebut, maka dia membuka toko kristal tersebut. Dan itu sudah terjadi 30 tahun yang lalu, dan dia masih tetap belum pernah pergi ke Mekah walaupun uangnya sudah cukup. Dia tidak bisa meninggalkan tokonya kepada orang lain karena kristal adalah barang yang delicate sehingga dia tidak bisa mempercayai siapapun selain dirinya sendiri untuk mengurus kristal-kristal tersebut. Beberapa kali datang pembeli yang dia tahu lebih miskin dari pedagang tersebut, tapi ternyata pembeli itu bercerita tentang pengalamannya baru pulang dari ibadah haji di Mekah. Semua itu cuman menambah beban di hatinya tapi dia tetap berat hati untuk meninggalkan toko tersebut, toko yang pada mulanya didirikan untuk tujuan naik haji justru menjadi penghalang terbesar bagi pedagang itu untuk mewujudkan mimpinya. Singkat kata pedagang itu menganjurkan Santiago untuk menjadikan mimpinya ke piramid hanyalah sebagai sebuah motivasi untuk hidup yang tidak akan pernah tercapai ( a reason to live and a dream that will never be realized).

Beruntung, Santiago sewaktu masih berada di Spanyol bertemu dengan seorang raja yang menyamar yang sesungguhnya memberikan dorongan kepada Santiago untuk berani mengejar mimpinya. Diberikannya 2 buah batu Urim dan Tummim sebagai alat untuk mengambil keputusan besar. Dan tepat ketika Santiago kembali ke kamarnya dia mengibaskan jubahnya dan menemukan 2 batu tersebut terlempar keluar dari sakunya. Dengan cukup melihat batu tersebut pulihlah kembali kemantapan hati Santiago untuk kembali meneruskan perjalanannya ke Mesir. Dia sadar bahwa Piramid Mesir adalah tujuan hidupnya, mimpi yang sudah dikejarnya sampai ke dataran Afrika dengan segala pengorbanan yang telah dia lakukan. Ceritanya memang belum berakhir disini, tapi semoga cuplikan tadi sudah cukup mewakili bagaimana kira-kira jalan cerita selanjutnya.

Betapa indahnya bila semua orang pada akhirnya berani untuk mengambil keputusan mengejar mimpinya. Coba bayangkan saja berapa banyak musician hebat yang seharusnya kita miliki, pemain bola yang atraktif, pilot2 handal, guru2 yang memiliki passion dalam mengajar....dunia PASTI jauh lebih indah. Sayang sekali, terkadang memang hidup tidak seindah dongeng, pilihan pahit kadang memang harus diambil. Cuman jangan pernah menyerah dan membiarkan mimpi itu padam, sebelum padam sambungkan api itu kepada orang lain, biar orang lain yang mewujudkan mimpi itu. Lebih baik diwujudkan orang lain kan daripada dibawa ke dalam kubur. Jangan takut bermimpi dan janganlah segan untuk membagikan mimpi.

Tuhan memberkati.

Originally posted on February 23, 2009.

No comments:

Post a Comment