Tuesday, October 27, 2009

Mengubah Mimpi

Segala sesuatu yang besar dimulai dari mimpi yang besar. Pesawat tercipta karena adanya orang yang memimpikan bisa terbang seperti superman. Lampu tercipta karena adanya orang yang memimpikan malam yang terang seperti siang. Masih banyak lagi bukti determinasi manusia untuk mewujudkan mimpinya sehingga terciptalah banyak temuan-temuan yang berguna.

Tapi mimpi juga bisa memberikan efek yang negatif. Terrorisme contoh akibat negatif dari manusia yang memimpikan surga. Yah, tapi itukan ekstrim dan hanya sedikit saja yang melakukan aksi terorisme untuk masuk surga. Lalu apa yang menjadi mimpi kebanyakan orang zaman sekarang? Jadi kaya!! Punya rumah mewah, mobil sports, gedung kantor pencakar langit jadi ukuran kesuksesan dan jadi mimpi kebanyakan orang. Warren Buffet, Donald Trump, Sultan Hasanah Bolkiah menjadi figur impian manusia modern. Is there any harm being done to dream like that?

Amerika, seperti halnya situasi global, sedang mengalami krisis ekonomi dan sudah dipastikan resmi mengalami resesi (2 kuarter berturutan mendapat angka negatif untuk produksi domestik). Kebanyakan ekonom setuju bahwa salah satu penyebab terbesarnya adalah kredit macet. Terlalu banyak yang mendapatkan kredit walaupun sebenarnya tidak layak dan tidak mampu membayar kredit tersebut. Kalo ditanya kenapa kok minta kredit segitu besar padahal pendapatan sangat minim, jawaban yang paling umum adalah kepingin menikmati rasanya jadi orang kaya, dipandang sebagai orang kaya dan diperlakukan seperti orang kaya. Akibatnya justru lebih buruk dari keadaan semula, rumah disita, mobil dijual, dan dinyatakan bangkrut. Dan tidak berhenti disitu, tapi juga membawa akibat ke orang lain, orang yang layak mendapatkan kredit jadi tidak lagi bisa mendapatkan kredit karena bank sudah tidak punya dana lagi untuk dipinjamkan. Orang lain, bahkan global terkena dampak negatifnya.

China, hanya karena godaan untuk menjadi negara kaya sudi mengeksploitasi negerinya dengan mendirikan banyak pabrik tanpa mempedulikan lagi soal lingkungan. Polusi sudah mencapai tahap kritis di kota2 besar seperti Beijing dan Shanghai. Kasus melamin di produk susu juga akibat apalagi kalo bukan karena ambisi segelintir orang untuk menjadi kaya.

Negara2 Amerika Latin, seperti Venezuela, Ecuador, Bolivia, Brazil, sudah dieksploitasi habis2an oleh giant oil companies dari Amerika. John Perkins di salah satu bukunya “The Secret History of American Empire” mengupas habis soal betapa berharganya minyak bumi dibanding nyawa manusia. Ya jangan salahkan kalau orang2 seperti Hugo Chavez (presiden Venezuela), Evo Morales (presiden Bolivia), Lula Da Silva (presiden Brazil) bangkit untuk melawan dominasi AS. Mereka sudah muak negaranya dieksploitasi untuk keuntungan segilintir orang yang sekali lagi memimpikan punya kekayaan selangit (kayaknya sih sudah bukan mimpi lagi ya, sudah jadi kenyataan).

Di Indonesia gimana? Sama! Coba liat kota Jakarta, sumpek. Semua orang datang ke Jakarta karena punya mimpi jadi orang kaya. Akhirnya jalanan jadi padat, pembangunan semrawut. Coba liat juga daerah daerah lain di luar Jawa, masih kalah jaaauuuuhhhh banget. Semua resources dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya pada diboyong ke Jawa dan cuman disisakan dikit aja buat masyarakat lokal setempat. Lho apa Indonesia cuman Jawa? Ya jangan heran kalo banyak yang berseru minta lepas dari Indonesia, siapa yang mau daerahnya dieksploitasi tanpa bisa menikmati hasilnya?

Ternyata impian jadi orang kaya/sukses bukan lagi cuman American Dream, tapi sudah Everybody's Dream. Karena dream ini kita sampai tidak lagi bisa dengar teriakan minta tolong dari saudara-saudara kita yang untuk kebutuhan makan saja belum tentu bisa, jangankan ditolong kalo bisa malah dieksploitasi.

Manusia memang harus berani untuk bermimpi supaya bisa maju. Tanpa impian manusia tidak akan bisa maju. Tapi mungkin sudah saatnya kita mengganti impian tersebut. Mungkin sudah saatnya kita mengajarkan pada anak-anak kita (atau kepada anak orang lain bagi orang2 yang belum menikah dan punya anak seperti aku), pada generasi muda berikutnya suatu impian yang lain. Martin Luther King Jr. memimpikan kesamaan hak antara kulit hitam dan kulit putih di Amerika, Mahatma Gandhi memimpikan dunia yang penuh kedamaian, John Lennon memimpikan tidak ada lagi kelaparan di lagunya “Imagine,” Chairil Anwar memimpikan hidup seribu tahun (ga tau deh mau ngapain, mungkin dia harusnya bertapa kayak Siluman Ular Putih-Pai Su Chen) dan lain-lain.

Jadi apakah mimpi jadi orang kaya salah? Ya ga berani juga ngomong begitu. But without realizing it, that dream becomes a nightmare.

N.B: aku sendiri memimpikan Indonesia jadi negara yang adil, yang dimiliki semua orang dari Sabang sampai Merauke (kecuali Timor Timur), jadi negara yang memberkati dunia...(weleh2...muluk bener).

Originally posted on December 19, 2008

No comments:

Post a Comment